Selamat datang kembali ke blog yang
jarang update ini. Hahaha. Maklum, sok sibuk. Haha. Berhubung sudah banyak request dari pembaca postingan
sebelumnya untuk melanjutkan cerita dari pengalaman saya mengikuti proses
rekrutmen PT PLN (Persero) yang bersambung di saat saya lulus seleksi tahapan
akhir yakni wawancara.
Okay, langsung aja
ya.. Monggo disimak!
Daftar nama peserta yang lolos seleksi
wawancara di umumkan melalui website
resmi PLN yakni www.pln.co.id di akhir bulan
Maret 2016. Selang seminggu setelah pengumuman tersebut, kami yang lolos
seleksi dipanggil ke Kantor Wilayah PLN setempat untuk mendapatkan penjelasan
dan pengarahan terkait diklat prajabatan dan penandatanganan kontrak perjanjian
OJT (On The Job Trainning). Kalau isi
kontraknya sendiri sih standard seperti
BUMN dan BUMS lain, intinya siap
ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan
tidak boleh menikah selama masa
prajabatan. Selain itu, kami diberikan sedikit gambaran terkait apa yang akan
kami lalui selama mengikuti diklat prajabatan PT PLN (Persero) yang dimulai
dengan Kesamaptaan hingga pada acara pengukuhan atau wisuda (khusus bagi lulusan
S1). Dan sesuai dengan postingan sebelumnya bahwa perekrutan angkatan 51 dan 52
ini digabung pada proses pendaftarannya namun dipisah pada saat proses
prajabatannya yakni 51 untuk teknik dan 52 untuk non teknik. Untuk angkatan 51
sendiri memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan April 2016 sedangkan
untuk angkatan 52 memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan Mei 2016. Dan
karena saya berasal dari jurusan Akuntansi yang notabene adalah jurusan non
teknik, maka saya pun memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan Mei 2016.
Sebelum berangkat, kami diberikan uang SPPD (padahal belum jadi pegawai lho,
hehe) untuk mengurus segala sesuatunya sendiri yakni tiket pesawat, bus, penginapan
(kalau menginap), makan dan lain sebagainya hingga tiba di lokasi kesamaptaan
dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.
Kegiatan diklat prajabatan angkatan 52
PT PLN (Persero) sendiri dibuka tanggal 16 Mei 2016 oleh Bapak Novi Hadi selaku
Manager Udiklat Bogor di Lapangan Pusdikajen. Dan karena Udiklat Bogor
merupakan udiklat yang mendapatkan penugasan khusus untuk menangani kegiatan
prajabatan, maka kami pun langsung di handle
oleh pihak Udiklat Bogor. Sama halnya dengan angkatan 51, angkatan 52 untuk kegiatan
samaptanya juga dibagi ke 2 lokasi yakni di Pusdikajen (Pusat Pendidikan Ajudan
Jenderal) dan Pusdikpom (Pusat Pendidikan Polisi Militer). Oleh karena itu,
kami yang berasal dari wilayah timur ini berangkat ke Jakarta pada tanggal 14
Mei 2016. Kami pikir karena masih selang waktu sehari maka kami pun bisa
bersantai dulu di hotel atau penginapan di daerah Bandung sebelum memasuki
masa-masa “keras”-nya kehidupan. Hahaha. Namun, takdir berkata lain. Setelah
mendarat di Bandara International Soekarno-Hatta, kami mendapat informasi bahwa
kami langsung diminta untuk memasuki lokasi samapta. Oh iya, sebelum berangkat
kami yang pria sudah diminta untuk menggunduli rambut hingga tersisa 1 cm a.k.a
hampir botak. Maklum, mau jadi tentara dadakan. Wkwk. Begitu tiba di Bandara
Soetta, kami dan seorang pendamping (Supervisor bidang SDM PLN Wilayah lokasi
perekrutan) dijemput oleh sebuah bus yang sebelumnya sudah di booking oleh kami. Dan karena Pusdikajen
sebagai lokasi samapta kami saat itu belum bisa menerima siswa prajabatan
dengan alasan sedang mempersiapkan tempat (maklum, ternyata yang samapta disitu
bukan hanya dari PLN saja melainkan BUMN-BUMN lain juga), maka kami pun “dititipkan”
semalam di Pusdikpom. Saat baru memasuki gerbangnya saja, sudah terasa hawa seremnya.
Baik serem yang kelihatan maupun yang tidak lho ya. Hahaha. Esok paginya
(dibaca: subuh) kami langsung bersiap dengan mengenakan pakaian putih hitam dan
langsung bergegas berangkat ke Pusdikajen. Kami menggunakan truck tentara menuju Pusdikajen ditengah
dinginnya hawa kota Cimahi. Bisa dibanyangkan, hanya mengenakan sehelai pakaian
kemeja putih dan rambut yang plontos pula. Menggigil-lah awak selama perjalanan
tersebut. Hahaha. Setibanya kami disana, kami difoto untuk keperluan pembuatan Id Card, mengisi form pembukaan rekening BRI (uang saku cuyy, haha), dibagikan
peralatan dan perlengkapan selama mengikuti kegiatan samapta, dan lain
sebegainya. Oh iya, untuk nominal uang saku sendiri dibedain untuk lulusan D3
dan S1. Kemudian untuk peralatan dan perlengkapan yang dibagikan antara lain seragam
PDL (kayak baju hansip gitu, haha), sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, mantel
hujan, kantong plastik besar, topi, tali penjepit ujung celana, ember, gayung,
peralatan mandi, buku, pulpen, dll (lupaa). Saat diberikan alat-alat tersebut kami
diberitahukan bahwa jika sampai ada yang hilang maka “siap-siap terima konsekuensinya”.
Buset, belum apa-apa aja udah diancem. Haha. Tapi itu semua untuk kebaikan kami
sendiri sih. Kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas apapun yang dimiliki
walau barang kecil sekalipun. Apalagi jika kita sudah menjadi bagian dari PLN
itu sendiri yang notabene merupakan BUMN dengan aset terbesar. Kalau bukan kita
yang menjaga aset negara tersebut, siapa lagi? Lebay nih gue, haha. Selain
diberikan peralatan oleh pihak Pusdikajen, kami juga diberikan peralatan oleh
pihak Udiklat Bogor seperti tas, buku, pulpen, 2 baju training, 1 celana training,
handuk dan lain sebagainya.
Dihari H upacara pembukaan program
diklat prajabatan angkatan 52 di Pusdikajen sempat beberapa kali tertunda akibat
hujan hingga waktu agak molor dari jadwal. Pembukaan program prajabatan
angkatan 52 di Pusdikajen sendiri langsung dibuka oleh Manager Udiklat Bogor
yakni Bapak Novi Hadi. Setelah upacara tersebut berakhir dan Pak Novi
meninggalkan lapangan upacara, hal pertama yang terjadi adalah suara tembakan
meriam yang bertubi-tubi dan dilanjutkan dengan teriakan-teriakan para komandan
(sebutan untuk para pelatih di Pusdikajen) yang menyuruh kami untuk tiarap.
Padahal kondisi lapangan saat itu masih banjir dengan air hujan. Kami disuruh
merangkak, guling-guling, push up, sit up dan lain sebagainya. Sungguh
pengalaman yang tidak akan pernah bisa saya lupakan seumur hidup. Setelah itu,
kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk kemudian di foto dengan para pelatih dan
pihak Udiklat Bogor dalam keadaan baju yang basah kuyup dan kotor oleh
rumput-rumput yang menempel di badan dan pakaian kami. Kami juga melaksanakan
kegiatan pada hari itu termasuk menerima materi di aula dengan baju yang basah
kuyup hingga kering sendiri di badan. Hal inilah yang memicu batuk-batuk dari
satu dua orang siswa hingga menjalar ke hampir seluruh siswa. Can you imagine that? Oh ya, sebelumnya
kami juga sudah dibagi per kompi dan per pleton. Kami juga dibagikan kamar dan
tempat tidur selama di Pusdikajen. Selain itu, seluruh alat elektronik yang
kami bawa disita termasuk dompet, obat-obatan dan lain sebagainya. Untuk obat
sendiri, katanya “kalau perlu obat, langsung ke dokter aja”. Kebetulan di
Pusdikajen ada seorang dokter yang stand
by 24 jam untuk menangani kesehatan siswa.
Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan di
Pusdikajen, “semenit bagai setahun”. Saran saya, sebelum masuk kegiatan samapta
ini banyak-banyakin olahraga dan istirahat deh. Karena setelah masuk
Pusdikajen, waktu istirahat kita paling banyak hanya 3 jam. Push up dan lari pun menjadi makanan
sehari-hari. Selain menguras kondisi fisik, otak pun ikut diperas karena kita
juga akan menerima materi oleh instruktur-instruktur yang telah disiapkan oleh
pihak Pusdikajen, mulai dari apa itu Bela Negara, cara membaca kompas, bongkar
pasang senjata, cara menyusun strategi perang, hingga table manner, dan lain sebagainya (lupaa cuyy, haha). Complete-lah pokoknya. Sehari itu bisa
sampai 2-3 kali kami menerima materi yang berbeda. Selain itu, selama mengikuti
kegiatan samapta di Pusdikajen ini kita juga akan dipantau oleh pihak yang
telah ditunjuk oleh Pusdikajen untuk mengawasi dan menilai setiap gerak-gerik
kita sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Udiklat Bogor. Kalau kami sih sebutnya
tim observer. Selama di Pusdikajen juga,
naik turun gunung menjadi hal yang biasa lho. Di akhir kegiatan samapta ini
kami diajari cara bertahan hidup dihutan dengan memanfaatkan apa saja (termasuk
hewan melata seperti ular sekalipun) untuk di konsumsi agar bisa bertahan
hidup. Selain itu kami juga melakukan simulasi perang dengan menggunakan
senjata dan peluru yang saya juga tidak tau (dan lagi-lagi ada suara meriam
dimana-mana). Mungkin biar lebih terasa suasana perangnya. Hahaha. Ada kegiatan
outbond dan juga kami diajarkan cara
mendirikan tenda serta memasak dengan peralatan dan bahan-bahan seadanya.
Kemudian di malam harinya, ada kegiatan caraka malam, yakni kami satu persatu diwajibkan
untuk menelusuri gelapnya hutan dengan mengikuti arah yang telah disiapkan. Pressurenya bukan karena sendiri dan
gelap ditengah hutan, tapi karena kami juga diminta menghafal 1 buah kalimat
yang cukup panjang untuk disampaikan ke seorang komandan di tempat finish caraka malam tersebut. Kita juga
akan diberikan sebuah kode atau sandi yang bisa kita pergunakan untuk
mengidentifikasi teman atau musuh. Selain itu, selama menelusuri hutan juga
kita akan disuguhkan dan diminta melakukan berbagai hal “menarik” yang tidak
akan pernah bisa kita lupakan seumur hidup. Keseluruhan pressure tersebut, tambah lengkap dengan kondisi tanah yang kita
lewati dihutan (cuaca: hujan) dimana tanah yang kita pijak tersebut dalam
keadaan becek dan licin. Yah, banyak-banyak doalah supaya ngga jatuh atau
terpeleset. Hahaha. Oh iya, kegiatan malam masih belum berakhir lho setelah
caraka tersebut. Masih ada “ritual” atau apalah namanya, ada api unggun, hormat
dan cium bendera dan “siraman” pake air kembang, trus diakhiri dengan nyanyi
lagu kemesraan kalau ngga salah sambil mengitari api unggun dengan para
komandan. Sampai ada yang mewek juga lho. Ya biasalah, cewek-cewek.
Dihari terakhir kegiatan samapta ini
khususnya di Pusdikajen, ada semacam “selebrasi” yang dilakukan oleh siswa
dengan menampilkan beberapa performance
seperti tarian, peragaan tembak-menembak, bela diri, yel-yel dan lain sebagainya
(lupaa). Setelah menyelesaikan kegiatan kesamaptaan ini, kami diberitahukan
bahwa kami akan melaksanakan kegiatan lanjutan yakni “Pengenalan Perusahaan” di
Udiklat Bogor. Dalam pikiran kami, kami akan diberikan kesempatan untuk beristirahat
terlebih dahulu sebelum kegiatan selanjutnya dimulai. Akan tetapi, takdir
berkata lain. Kami ternyata langsung dibawa ke Rindam Jaya (Kodam Jayakarta) untuk
melaksanakan kegiatan Pengenalan Perusahaan tersebut. Lokasi tiba-tiba berubah
dari issue yang beredar. Setibanya
kami di Rindam Jaya dalam keadaan hari yang sudah gelap, ternyata teman-teman
kami dari Pusdikpom sudah tiba terlebih dahulu. Kami pun langsung dikumpulkan
dilapangan hitam dan diberikan pengarahan. Kemudian, pada esok paginya kami pun
menerima materi dari instruktur yang telah ditunjuk oleh pihak Udiklat Bogor.
Tapi instruktur-instrukturnya bukan instruktur sembarangan lho. Langsung para
petinggi-petinggi PLN. So, no more rest!
Okay, ceritanya
sampai disini dulu ya. Sudah kepanjangan soalnya. Akan saya lanjutkan di next chapter (tapi saat ada waktu luang
ya, maklum sudah mulai kerja, hehe). Terima kasih sudah berkunjung dan nantikan
kelanjutannya J
To be continued..