Pengalaman Proses Rekrutmen PT PLN (Persero) Chapter II

by 22.38 0 komentar
Selamat datang kembali ke blog yang jarang update ini. Hahaha. Maklum, sok sibuk. Haha. Berhubung sudah banyak request dari pembaca postingan sebelumnya untuk melanjutkan cerita dari pengalaman saya mengikuti proses rekrutmen PT PLN (Persero) yang bersambung di saat saya lulus seleksi tahapan akhir yakni wawancara.

Okay, langsung aja ya.. Monggo disimak!
Daftar nama peserta yang lolos seleksi wawancara di umumkan melalui website resmi PLN yakni www.pln.co.id di akhir bulan Maret 2016. Selang seminggu setelah pengumuman tersebut, kami yang lolos seleksi dipanggil ke Kantor Wilayah PLN setempat untuk mendapatkan penjelasan dan pengarahan terkait diklat prajabatan dan penandatanganan kontrak perjanjian OJT (On The Job Trainning). Kalau isi kontraknya sendiri sih standard seperti BUMN dan BUMS lain, intinya siap ditempatkan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak boleh menikah selama masa prajabatan. Selain itu, kami diberikan sedikit gambaran terkait apa yang akan kami lalui selama mengikuti diklat prajabatan PT PLN (Persero) yang dimulai dengan Kesamaptaan hingga pada acara pengukuhan atau wisuda (khusus bagi lulusan S1). Dan sesuai dengan postingan sebelumnya bahwa perekrutan angkatan 51 dan 52 ini digabung pada proses pendaftarannya namun dipisah pada saat proses prajabatannya yakni 51 untuk teknik dan 52 untuk non teknik. Untuk angkatan 51 sendiri memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan April 2016 sedangkan untuk angkatan 52 memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan Mei 2016. Dan karena saya berasal dari jurusan Akuntansi yang notabene adalah jurusan non teknik, maka saya pun memulai diklat prajabatan di pertengahan bulan Mei 2016. Sebelum berangkat, kami diberikan uang SPPD (padahal belum jadi pegawai lho, hehe) untuk mengurus segala sesuatunya sendiri yakni tiket pesawat, bus, penginapan (kalau menginap), makan dan lain sebagainya hingga tiba di lokasi kesamaptaan dengan selamat tanpa kurang suatu apapun.

Kegiatan diklat prajabatan angkatan 52 PT PLN (Persero) sendiri dibuka tanggal 16 Mei 2016 oleh Bapak Novi Hadi selaku Manager Udiklat Bogor di Lapangan Pusdikajen. Dan karena Udiklat Bogor merupakan udiklat yang mendapatkan penugasan khusus untuk menangani kegiatan prajabatan, maka kami pun langsung di handle oleh pihak Udiklat Bogor. Sama halnya dengan angkatan 51, angkatan 52 untuk kegiatan samaptanya juga dibagi ke 2 lokasi yakni di Pusdikajen (Pusat Pendidikan Ajudan Jenderal) dan Pusdikpom (Pusat Pendidikan Polisi Militer). Oleh karena itu, kami yang berasal dari wilayah timur ini berangkat ke Jakarta pada tanggal 14 Mei 2016. Kami pikir karena masih selang waktu sehari maka kami pun bisa bersantai dulu di hotel atau penginapan di daerah Bandung sebelum memasuki masa-masa “keras”-nya kehidupan. Hahaha. Namun, takdir berkata lain. Setelah mendarat di Bandara International Soekarno-Hatta, kami mendapat informasi bahwa kami langsung diminta untuk memasuki lokasi samapta. Oh iya, sebelum berangkat kami yang pria sudah diminta untuk menggunduli rambut hingga tersisa 1 cm a.k.a hampir botak. Maklum, mau jadi tentara dadakan. Wkwk. Begitu tiba di Bandara Soetta, kami dan seorang pendamping (Supervisor bidang SDM PLN Wilayah lokasi perekrutan) dijemput oleh sebuah bus yang sebelumnya sudah di booking oleh kami. Dan karena Pusdikajen sebagai lokasi samapta kami saat itu belum bisa menerima siswa prajabatan dengan alasan sedang mempersiapkan tempat (maklum, ternyata yang samapta disitu bukan hanya dari PLN saja melainkan BUMN-BUMN lain juga), maka kami pun “dititipkan” semalam di Pusdikpom. Saat baru memasuki gerbangnya saja, sudah terasa hawa seremnya. Baik serem yang kelihatan maupun yang tidak lho ya. Hahaha. Esok paginya (dibaca: subuh) kami langsung bersiap dengan mengenakan pakaian putih hitam dan langsung bergegas berangkat ke Pusdikajen. Kami menggunakan truck tentara menuju Pusdikajen ditengah dinginnya hawa kota Cimahi. Bisa dibanyangkan, hanya mengenakan sehelai pakaian kemeja putih dan rambut yang plontos pula. Menggigil-lah awak selama perjalanan tersebut. Hahaha. Setibanya kami disana, kami difoto untuk keperluan pembuatan Id Card, mengisi form pembukaan rekening BRI (uang saku cuyy, haha), dibagikan peralatan dan perlengkapan selama mengikuti kegiatan samapta, dan lain sebegainya. Oh iya, untuk nominal uang saku sendiri dibedain untuk lulusan D3 dan S1. Kemudian untuk peralatan dan perlengkapan yang dibagikan antara lain seragam PDL (kayak baju hansip gitu, haha), sepatu, kaos kaki, ikat pinggang, mantel hujan, kantong plastik besar, topi, tali penjepit ujung celana, ember, gayung, peralatan mandi, buku, pulpen, dll (lupaa). Saat diberikan alat-alat tersebut kami diberitahukan bahwa jika sampai ada yang hilang maka “siap-siap terima konsekuensinya”. Buset, belum apa-apa aja udah diancem. Haha. Tapi itu semua untuk kebaikan kami sendiri sih. Kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas apapun yang dimiliki walau barang kecil sekalipun. Apalagi jika kita sudah menjadi bagian dari PLN itu sendiri yang notabene merupakan BUMN dengan aset terbesar. Kalau bukan kita yang menjaga aset negara tersebut, siapa lagi? Lebay nih gue, haha. Selain diberikan peralatan oleh pihak Pusdikajen, kami juga diberikan peralatan oleh pihak Udiklat Bogor seperti tas, buku, pulpen, 2 baju training, 1 celana training, handuk dan lain sebagainya.

Dihari H upacara pembukaan program diklat prajabatan angkatan 52 di Pusdikajen sempat beberapa kali tertunda akibat hujan hingga waktu agak molor dari jadwal. Pembukaan program prajabatan angkatan 52 di Pusdikajen sendiri langsung dibuka oleh Manager Udiklat Bogor yakni Bapak Novi Hadi. Setelah upacara tersebut berakhir dan Pak Novi meninggalkan lapangan upacara, hal pertama yang terjadi adalah suara tembakan meriam yang bertubi-tubi dan dilanjutkan dengan teriakan-teriakan para komandan (sebutan untuk para pelatih di Pusdikajen) yang menyuruh kami untuk tiarap. Padahal kondisi lapangan saat itu masih banjir dengan air hujan. Kami disuruh merangkak, guling-guling, push up, sit up dan lain sebagainya. Sungguh pengalaman yang tidak akan pernah bisa saya lupakan seumur hidup. Setelah itu, kami dibagi menjadi 2 kelompok untuk kemudian di foto dengan para pelatih dan pihak Udiklat Bogor dalam keadaan baju yang basah kuyup dan kotor oleh rumput-rumput yang menempel di badan dan pakaian kami. Kami juga melaksanakan kegiatan pada hari itu termasuk menerima materi di aula dengan baju yang basah kuyup hingga kering sendiri di badan. Hal inilah yang memicu batuk-batuk dari satu dua orang siswa hingga menjalar ke hampir seluruh siswa. Can you imagine that? Oh ya, sebelumnya kami juga sudah dibagi per kompi dan per pleton. Kami juga dibagikan kamar dan tempat tidur selama di Pusdikajen. Selain itu, seluruh alat elektronik yang kami bawa disita termasuk dompet, obat-obatan dan lain sebagainya. Untuk obat sendiri, katanya “kalau perlu obat, langsung ke dokter aja”. Kebetulan di Pusdikajen ada seorang dokter yang stand by 24 jam untuk menangani kesehatan siswa.

Kegiatan-kegiatan yang kami lakukan di Pusdikajen, “semenit bagai setahun”. Saran saya, sebelum masuk kegiatan samapta ini banyak-banyakin olahraga dan istirahat deh. Karena setelah masuk Pusdikajen, waktu istirahat kita paling banyak hanya 3 jam. Push up dan lari pun menjadi makanan sehari-hari. Selain menguras kondisi fisik, otak pun ikut diperas karena kita juga akan menerima materi oleh instruktur-instruktur yang telah disiapkan oleh pihak Pusdikajen, mulai dari apa itu Bela Negara, cara membaca kompas, bongkar pasang senjata, cara menyusun strategi perang, hingga table manner, dan lain sebagainya (lupaa cuyy, haha). Complete-lah pokoknya. Sehari itu bisa sampai 2-3 kali kami menerima materi yang berbeda. Selain itu, selama mengikuti kegiatan samapta di Pusdikajen ini kita juga akan dipantau oleh pihak yang telah ditunjuk oleh Pusdikajen untuk mengawasi dan menilai setiap gerak-gerik kita sebagai bahan pertimbangan oleh pihak Udiklat Bogor. Kalau kami sih sebutnya tim observer. Selama di Pusdikajen juga, naik turun gunung menjadi hal yang biasa lho. Di akhir kegiatan samapta ini kami diajari cara bertahan hidup dihutan dengan memanfaatkan apa saja (termasuk hewan melata seperti ular sekalipun) untuk di konsumsi agar bisa bertahan hidup. Selain itu kami juga melakukan simulasi perang dengan menggunakan senjata dan peluru yang saya juga tidak tau (dan lagi-lagi ada suara meriam dimana-mana). Mungkin biar lebih terasa suasana perangnya. Hahaha. Ada kegiatan outbond dan juga kami diajarkan cara mendirikan tenda serta memasak dengan peralatan dan bahan-bahan seadanya. Kemudian di malam harinya, ada kegiatan caraka malam, yakni kami satu persatu diwajibkan untuk menelusuri gelapnya hutan dengan mengikuti arah yang telah disiapkan. Pressurenya bukan karena sendiri dan gelap ditengah hutan, tapi karena kami juga diminta menghafal 1 buah kalimat yang cukup panjang untuk disampaikan ke seorang komandan di tempat finish caraka malam tersebut. Kita juga akan diberikan sebuah kode atau sandi yang bisa kita pergunakan untuk mengidentifikasi teman atau musuh. Selain itu, selama menelusuri hutan juga kita akan disuguhkan dan diminta melakukan berbagai hal “menarik” yang tidak akan pernah bisa kita lupakan seumur hidup. Keseluruhan pressure tersebut, tambah lengkap dengan kondisi tanah yang kita lewati dihutan (cuaca: hujan) dimana tanah yang kita pijak tersebut dalam keadaan becek dan licin. Yah, banyak-banyak doalah supaya ngga jatuh atau terpeleset. Hahaha. Oh iya, kegiatan malam masih belum berakhir lho setelah caraka tersebut. Masih ada “ritual” atau apalah namanya, ada api unggun, hormat dan cium bendera dan “siraman” pake air kembang, trus diakhiri dengan nyanyi lagu kemesraan kalau ngga salah sambil mengitari api unggun dengan para komandan. Sampai ada yang mewek juga lho. Ya biasalah, cewek-cewek.

Dihari terakhir kegiatan samapta ini khususnya di Pusdikajen, ada semacam “selebrasi” yang dilakukan oleh siswa dengan menampilkan beberapa performance seperti tarian, peragaan tembak-menembak, bela diri, yel-yel dan lain sebagainya (lupaa). Setelah menyelesaikan kegiatan kesamaptaan ini, kami diberitahukan bahwa kami akan melaksanakan kegiatan lanjutan yakni “Pengenalan Perusahaan” di Udiklat Bogor. Dalam pikiran kami, kami akan diberikan kesempatan untuk beristirahat terlebih dahulu sebelum kegiatan selanjutnya dimulai. Akan tetapi, takdir berkata lain. Kami ternyata langsung dibawa ke Rindam Jaya (Kodam Jayakarta) untuk melaksanakan kegiatan Pengenalan Perusahaan tersebut. Lokasi tiba-tiba berubah dari issue yang beredar. Setibanya kami di Rindam Jaya dalam keadaan hari yang sudah gelap, ternyata teman-teman kami dari Pusdikpom sudah tiba terlebih dahulu. Kami pun langsung dikumpulkan dilapangan hitam dan diberikan pengarahan. Kemudian, pada esok paginya kami pun menerima materi dari instruktur yang telah ditunjuk oleh pihak Udiklat Bogor. Tapi instruktur-instrukturnya bukan instruktur sembarangan lho. Langsung para petinggi-petinggi PLN. So, no more rest!

Okay, ceritanya sampai disini dulu ya. Sudah kepanjangan soalnya. Akan saya lanjutkan di next chapter (tapi saat ada waktu luang ya, maklum sudah mulai kerja, hehe). Terima kasih sudah berkunjung dan nantikan kelanjutannya J


To be continued..

indra.tam

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com tipscantiknya.com kumpulanrumusnya.comnya.com